News Breaking
Live
wb_sunny

Populasi Sapi Terus Meningkat di Indonesia

Populasi Sapi Terus Meningkat di Indonesia

 


SpiritNews.media (Artikel) - Budi daya sapi Belgian Blue di Indonesia cukup berhasil. Sudah lahir anakannya yang ke-100 ribu. Dengan berbagai insentif bagi peternak, populasi sapi di Indonesia terus meningkat.

Angka kelahiran pedet (anak sapi) itu penting untuk menjaga populasi sapi di lapangan. Maka pada penghujung 2021, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo merasa perlu menggelar ‘’Panen Pedet Nusantara’’ di Lapangan Merdeka, Karang Endah, Lampung Tengah, Rabu, 8 Desember 2021. Panen pedet itu dilangsungkan untuk menyambut lahirnya pedet Belgian Blue yang ke-100 ribu, sejak sapi potong itu itu didatangkan ke Indonesia pada2016.

Lampung dipilih sebagai lokasi upacara panen pedet, karena provinsi berjuluk Bumi Ruwa Jurai itu masuk dalam lima besar dalam hal kelahiran sapi bakalan (sebutan anak sapi potong). Kelima besar secara rinci adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Lampung. Kelima provinsi ini adalah andalan nasional dalam hal memasok gading sapi ke pasar domestik.

Di depan tamu undangan yang terdiri dari kalangan pejabat dinas peternakan dari berbagai daerah dan para peternak sapi, Mentan Syahrul Yasin Limpo menantang Gubernur Lampung Arinal Junaidi, yang turut hadir di lapangan, agar bersama-sama mengembangkan budi daya sapi potong itu dalam skala yang lebih besar.

"Kalau memang Pak Gubenur setuju, kita akan siapkan budi dayanya sampai tempat pakannya. Saya pikir Lampung ini bagus sekali, karena itu capaiannya harus tiga kali lipat,’’ ujat Menteri Yasin Limpo. Ia melihat Lampung adalah penghasil jagung, dedak beras, singkong, dan berbagai hijauan daun untuk pakan sapi. ‘’Dalam waktu singkat kita harus bisa menghasilkan 300 ribu ekor. Kalau mau fokus, kita pasti bisa," kata Mentan menambahkan.

Gubernur Lampung Arinal Junaidi menyambut  antusias tantangan Menteri Yasin Limpo. Gubernur Arinal mengatakan, saat ini Lampung menjadi lumbung ternak dengan populasi sapi potong urutan ke-4 nasional, setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara, dan berada di urutan ke-2 untuk Pulau Sumatra. ‘’Kami akan berupaya menggeser peringkat di atas kami, dengan mempercepat program peternakan apalagi sekarang ini sudah ada dukungan perbankan melalui kredit usaha rakyat, ‘’ katanya di hadapan Menteri Pertanian Yasin Limpo.

Subsektor peternakan, sebagai bagian dari sektor pertanian, termasuk  yang mendapat  dukungan pembiayaan cukup kuat dari perbankan, terutama bank pemerintah. Dalam acara panen pedet itu, BRI Regional Bandar Lampung menyerahkan mock up KUR Subsektor Peternakan kepada Gubernur Arinal Junai. Nilainya Rp1,26 triliun untuk sekitar 41.800 ribu nasabah. Dari Bank Mandiri Rp84,8 miliar dan dari Bank BNI Rp44,57 miliar. Puluhan ribu peternak tertolong kebutuhan modalnya.

Populasi Sapi Meningkat

Dengan berbagai insentif bagi peternak, populasi sapi di Indonesia terus meningkat. Bila pada 2009 ada 12,7 juta ekor, jumlah itu kemudian meningkat menjadi 16,9 juta ekor pada 2019 (sensus BPS), dan pada 2021 ada sekitar 18 juta ekor.

Namun, Indonesia masih harus mengimpor daging sapi. Pada 2019, dari kebutuhan daging sapi 700 ribu ton per tahun, sekitar 25–35 persen masih impor. Pada 2020, misalnya, impornya 223,4 ribu ton, senilai USD698,18 juta (sekitar Rp10 triliun). Impor 2020 itu turun dari angka impor 2019 yang mencapai 262,5 ribu ton, dengan nilai  USD820,3 juta atau Rp11,78 triliun. Pada 2021, impor daging (sapi dan sebagian kerbau) menurun.

Dengan begitu, rata-rata produksi daging sapi nasional adalah sekitar 500 ribu ton. Bila seekor sapi rata-rata menghasilkan daging (bersih)  200 kg, maka jumlah yang  dipotong per tahunnya ialah 2,5  juta ekor. Jumlah 18 juta ekor itu tak cukup aman untuk menjaga keberlanjutan populasi. Pasalnya, separuh adalah jenis betina yang tak boleh dipotong, kecuali sudah masuk usia tak produktif.

Maka, tiap tahun Indonesia masih mengimpor anakan sapi yang jumlahnya bisa mencapai 648 ribu ekor seperti pada 2019, dan menyusut menjadi (perkiraan) 510.000 ekor pada 2021. Penurunan ini, selain disebabkan karena ada meningkatnya produksi domestik akibat kenaikan populasi sapi serta kerbau. Impor daging (beku) pada 2021 juga turun ke angka 185 ribu ton.

Menteri Pertanian Yasin Limpo bertekad untuk terus meningkatkan produksi dalam negeri, baik sisi produksi  dagingmaupun sapi bakalan (pedet). Mentan menganggap Provinsi Lampung sebagai provinsi yang berpotensi mampu menampung populasi sapi bakalan lebih besar lagi, utamanya yang dari pembibitan sendiri, antara lain, dengan indukan Belgian blue.

Selama ini, Jawa Timur adalah andalan produksi daging nasional. Populasi sapi di sana 4,82 juta ekor (BPPS, 2021) yang membuatnya menjadi produsen daging terbesar di Indonesia. Terbesar keduanya adalah Jawa Tengah dengan populasi 1,86 juta ekor. Berada di peringkat tiga adalah Sulawesi Selatan  dengan 1,46 juta ekor, keempat NTB 1,24 juta ekor, dan NTT nomor lima dengan 1,1 juta ekor.

Peringkat berikutnya ialah Sumatra Utara 870 ribu ekor dan Lampung 850 ribu ekor. Di mata Mentan Yasin Limpo, Lampung memiliki potensi untuk melakukan percepatan produksi karena sumber daya alam dan ekosistem usaha peternakannya mendukung sehingga mampu menghadapi persoalan usaha penggemukan sapi yang pelik.

"Lampung memiliki spesialisasi untuk mengembangkan pedet dan untuk akselerasi peternakan sapi. Kemauan Pak Gubernur juga kemauan yang baik. Dari Lampung kita  menjawab bahwa kita negara besar yang bisa mewujudkan kemandirian pangan," kata Menteri Yasin Limpo. (indonesia.go.id)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar