News Breaking
Live
wb_sunny

Bonus Demografi Jadikan Pemain Utama Global

Bonus Demografi Jadikan Pemain Utama Global


Bonus demografi membuka peluang besar bagi pelaku industri halal nasional untuk mendorong peningkatan produksi dan menjadi pemain utama dalam industri halal global.

Indonesia memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menjadi pemain utama di industri halal global. Komitmen itu tidak hanya sebatas retorika, Presiden Joko Widodo pun terus mendorong pengembangannya.

Dalam pelbagai kesempatan, Kepala Negara bahkan secara spesifik meminta negara ini lebih fokus di pengembangan industri wisata halalnya. “Saya meminta industri wisata halal ditetapkan sebagai leading sector-nya, penggerak utama industri halal kita. Dari sinilah, semua bisa ketarik,” ujarnya dalam satu kesempatan.

Dalam konteks industri halal, komitmen Kepala Negara memang tidak pernah kendor. Setiap saat selalu dikemukakan. Wajar saja ajakan Presiden Jokowi itu, apalagi bila berbicara dalam konteks data, negara ini sangat luar biasa: Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri halal global.

Soal potensi industri halal ini juga terkonfirmasi dari laporan yang dirilis Bank Indonesia, belum lama ini. Dalam Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah (LEKSI) 2020, bank sentral itu menuliskan pada sisi sektoral ekonomi syariah, fokus pengembangan industri halal menjadi strategi sumber pertumbuhan baru berbagai negara, tidak hanya yang berpenduduk mayoritas muslim.

Menurut laporan itu, bonus demografi membuka peluang besar bagi pelaku industri halal nasional untuk mendorong peningkatan produksi dan menjadi pemain utama dalam industri halal global.

“Peluang Indonesia terlihat dari pangsa ekspor bahan makanan halal Indonesia terhadap ekspor makanan halal global yang berada dalam kisaran 15 persen-18 persen dalam lima tahun terakhir,” tulis Bank Indonesia dalam LEKSI 2020 seperti dikutip Rabu (31/3/2021). 

Berdasarkan grafik data Bank Indonesia dan laporan State of Global Islamic Economy (SGIE) yang diolah, pangsa ekspor bahan makanan halal Indonesia di 2020 adalah sebesar 17 persen atau sekitar USD200 miliar.

Selain ekspor, lembaga itu juga menuturkan urgensi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah juga datang dari besarnya kapasitas pasar industri halal domestik. Hal tersebut ditunjukkan oleh pangsa pasar industri halal Indonesia terhadap global. Terdapat tiga sektor pasar industri halal yang memiliki pangsa terhadap pasar global.

Pada 2019, total pangsa pasar industri halal domestik terhadap global adalah sebesar 11 persen. Secara spesifik, data yang diolah dari Bank Indonesia dan SGIE menunjukkan pangsa sektor makanan halal terhadap global adalah sebesar 13 persen, lalu diikuti kawasan turis ramah muslim dan industri fashion sama-sama sebesar 6 persen.

 

Pasar Utama

Di sisi lain, dalam konteks ekonomi dan keuangan syariah, laporan Bank Indonesia menyebutkan bahwa peran Indonesia sebagai salah satu pasar utama ekonomi dan keuangan syariah berimplikasi secara struktural bahwa Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik.

“Kondisi tersebut tidak saja memperlihatkan potensi Indonesia yang masih terbuka lebar. Melainkan juga urgensi dari transformasi ekonomi dan keuangan syariah nasional agar tidak sekadar menjadi target pasar,” tulis Bank Indonesia.

Ekonomi syariah tentu merujuk pada potensi masyarakat muslim. Pertanyaan selanjutnya, segmen apa saja yang bisa digali dan menjadi potensi ekonomi berbasis syariah?

Minimal ada enam segmen potensi ekonomi yang bisa digunakan melalui pendekatan ekonomi syariah. Pertama, makanan halal (halal food). Kedua, keuangan Islam (Islamic finance). Ketiga, bisnis wisata halal (halal travel). Keempat, fesyen muslim, media, dan rekreasi halal. Kelima pasar kosmetik dan farmasi halal.

Sebagai gambaran, potensi populasi Muslim dunia mencapai 1,8 miliar, atau 24% dari populasi dunia. Dari populasi sebesar itu, potensi pasar ekonomi Islam mencapai USD2.107 miliar, setara dengan 0,27% produk bruto dunia.

Bila dibedah berdasarkan per segmen di atas, potensi kue masing-masing segmen itu adalah USD1.303 miliar untuk halal food, USD270 miliar produk fesyen, USD209 bisnis media dan rekreasi halal, USD177 miliar bisnis wisata halal, dan USD148 miliar pasar kosmetik dan farmasi halal.

Menurut data Global Islamic Economy Indicator, meskipun Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, ternyata negara ini tercatat hanya menduduki peringkat 10 dengan skor 45 dari 73 negara yang mengembangkan ekonomi syariah di dunia.

Dari sisi peringkat, posisi Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Malaysia yang menduduki peringkat pertama dengan skor 127. Dari pelbagai segmen itu, segmen pengembangan busana muslim yang terbaik, yakni menempati peringkat kedua terbaik dunia setelah Uni Emirat Arab.

Perhatian yang serius terhadap pengembangan industri destinasi wisata halal juga telah menempatkan negara ini di peringkat empat dunia. Ihwal pengembangan keuangan syariah di Indonesia, ternyata hanya berada di peringkat 10, kalah jauh dengan Malaysia yang menduduki peringkat pertama.

Namun, negara ini patut berbangga. Sebab, di sektor keuangan syariah ternyata Indonesia menduduki peringkat pertama menurut versi laporan Global Islamic Finance terbaru.

Apalagi, belum lama ini tiga bank syariah telah merger. Namanya, Bank Syariah Indonesia (BSI). Nama bank itu  telah resmi sebagai nama baru hasil merger dari Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah.

Tentu, pendirian bank syariah itu perlu disambut dengan rasa optimistis yang besar. Merger tersebut memiliki beberapa alasan tertentu, salah satunya adalah sebagai bagian dari ekosistem pendukung untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariat di dunia.

Sebagai bagian bangsa yang besar dan berpopulasi umat muslim terbesar dunia, kita patut mendukung ambisi Presiden Joko Widodo yang berencana menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu instrumen utama ekonomi bangsa ini. "Ini sebuah kekuatan besar yang harus kita lihat dan harus kita pikirkan untuk mengambil kue ekonomi yang besar ini," tambah Joko Widodo.

Tantangan pemberdayaan ekonomi syariah tidak ringan. Perlu melibatkan pelbagai sektor lainnya yang menempatkan ekonomi syariah sebagai bagian integrasi pertumbuhan sistem ekonomi secara menyeluruh.

Pengembangan sektor riil secara fundamental bisa menjadi fokus utama dari sistem ekonomi syariah tersebut. Sudah selayaknya Indonesia tidak hanya sebagai konsumen ekonomi itu atau jadi penonton orkestrasi ekonomi berbasis syariah, tetapi negara ini harus menjadi produsen atau pemain utama sistem ekonomi ini. (Indonesia.go.id)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar