News Breaking
Live
wb_sunny

Keterbatasan tak Halangi Prestasi

Keterbatasan tak Halangi Prestasi


Para atlet Indonesia yang berlaga di Paralimpiade Tokyo 2020 siap untuk membawa pulang kepingan medali bagi kontingen Merah Putih.

Tepat dua minggu usai pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020, ibu kota Negara Sakura kembali menjadi tuan rumah perhelatan akbar olahraga multicabang empat tahunan, Paralimpiade Tokyo 2020. Ajang ke-16 kalinya ini telah dibuka secara resmi oleh Kaisar Naruhito di National Stadium, Tokyo, Selasa (24/8/2021) dan akan berakhir 5 September nanti.

Perhelatan empat tahunan ini dikhususkan bagi atlet-atlet disabilitas dari seluruh dunia dengan melombakan 22 cabang olahraga dan memperebutkan medali. Seperti halnya Olimpiade Tokyo 2020, Paralimpiade Tokyo 2020 diundur pelaksanaannya ke tahun 2021 karena terdampak pandemi Covid-19. Peristiwa diundurnya perhelatan karena wabah menjadi pertama dalam sejarah Paralimpiade, sejak digelar perdana di Roma, Italia, pada 1960. 

Indonesia, satu di antara 163 negara peserta dan mengirimkan 23 paralimpian terbaiknya untuk berjuang di tujuh cabang olahraga yakni bulu tangkis, atletik, renang, tenis meja, menembak, powerlifting, dan balap sepeda. Paralimpian Merah Putih akan bersaing dengan 4.514 atlet lainnya dari penjuru dunia untuk memperebutkan medali emas, perak, dan perunggu.

Kontingen paralimpian Merah Putih ini dilepas oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menuju Tokyo secara virtual, Sabtu (14/8/2021). Pesan pembakar semangat digelorakan Menpora kepada paralimpian Merah Putih. "Anda semua adalah pahlawan-pahlawan olahraga Indonesia, terpilih di antara 270 juta rakyat. Bertandinglah secara all-out di lapangan atas nama negara. Tidak ada perbedaan dalam olahraga dan jangan jadikan keterbatasan sebagai halangan. Tunjukkan dengan prestasi," kata Amali.

Atlet-atlet Merah Putih di Paralimpiade Tokyo 2020 ini tak bisa dipandang sebelah mata. Sebagian dari mereka adalah perebut medali pada Asian Paragames 2018 di Jakarta dan ikut mengantarkan Indonesia di urutan keempat klasemen umum perolehan medali. Beberapa lainnya berpredikat juara dunia atau juara Asia.

Terdapat juga dua perebut medali Paralimpiade, masing-masing David Jacobs, atlet paratenis meja tunggal putra perebut perunggu kelas 10 pada Paralimpiade London 2012. Kemudian atlet putri asal Karangasem, Bali, Ni Nengah Widiasih, perebut perunggu powerlifting kelas 41 kg Olimpiade Rio de Janeiro 2016. David dan Nengah diharapkan kembali merebut medali pada Paralimpiade kali ini. “Kami siap merebut medali di Tokyo,” kata David Jacobs yang menjadi unggulan kedua paratenis meja.

Di antara 23 paralimpian yang berlaga di Tokyo, tersebut nama Muhammad Fadli Imammuddin, atlet parabalap sepeda yang akan turun di kelas C-4. Ia menjadi satu-satunya paralimpian Indonesia pemilik dua gelar juara Asia dari dua cabang olahraga berbeda. Sebelum menjadi pebalap sepeda, namanya sudah lebih dulu dikenal di cabang otomotif dan menjadi pebalap motor disegani di kawasan Asia Tenggara dan Asia era 2004-2015.

Pada 2013, ia juga pernah ikut berlomba di ajang Moto-2, balapan satu tingkat di bawah Motogp setelah direkrut JiR, tim balap dunia Motogp asal Monte Carlo, Monako. Ia banting setir menjadi atlet parabalap sepeda pascakecelakaan setelah memenangi kejuaraan balap motor Asia di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, 15 Juni 2015.

Di parabalap sepeda, pria asal Cibinong, Bogor ini adalah juara Asia dari tiga nomor berbeda pada 2019. Atlet kelahiran 25 Juli 1984 itu juga memboyong sekeping emas, perak, dan perunggu pada Asian Paragames 2018. Kendati tidak dibebankan target medali, Fadli tetap berkeinginan menyumbang sekeping medali dari Paralimpiade Tokyo 2020.

Ketua Kontingen (Chef de Mission) Paralimpiade Merah Putih Andi Herman menyebutkan, pihaknya menargetkan dapat merebut sekeping emas, perak, dan tiga perunggu. Selain dari paratenis meja dan powerlifting, harapan medali ikut ditumpukan dari cabang parabulu tangkis dan paraatletik. 

 

Indonesia di Paralimpiade

Paralimpiade Toronto tahun 1976 menjadi penampilan perdana kontingen Merah Putih. Seperti dikutip dari laman situs resmi Komite Paralimpiade Internasional (IPC), di Toronto, kontingen Merah Putih berhasil memboyong dua keping emas, satu perak, dan tiga perunggu. Emas pertama disumbangkan Itria Dini dari nomor lempar lembing putra kategori F dan Syarifuddin dari cabang lawn bowls putra kategori E.

Itria Dini turut menyumbang perunggu dari nomor tolak peluru kategori F bersama Saneng Hanafi yang merebut dua perunggu dari nomor lempar cakram dan lempar lembing kategori F. Perak direbut Ashari yang turun di cabang atletik nomor 100 meter kategori E. Pada Paralimpiade 1980 di Arnhem, Amerika Serikat, Indonesia kembali tampil dan membawa pulang dua emas dan tiga perunggu serta sekeping perak ditambah perunggu pada pelaksanaan empat tahun berikutnya New York.

Paralimpiade kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari Olimpiade, diawali dari Seoul pada 1988 silam. Artinya tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade otomatis akan menjadi penyelenggara Paralimpiade dan berlangsung seperti itu hingga sekarang. Hal serupa ikut terjadi pada ajang pesta olahraga multicabang tingkat regional dan kawasan seperti Asian Games diikuti Asian Paragames serta SEA Games dan ASEAN Paragames.

Seiring makin banyaknya negara peserta, torehan medali Indonesia di ajang Paralimpiade pun ikut menurun. Sejak di Seoul, Indonesia hanya mampu merebut dua pasang perunggu. Semoga di Tokyo, mereka bisa mengikuti jejak Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, menyumbang emas dan menjadi kado istimewa di bulan kemerdekaan bangsa Indonesia. 

(Indonesia.go.id/Atlet National Paralympic Committee (NPC) balap kursi roda Zaenal Arifin (kiri), angkat berat Ni Nengah Widiasih (tengah) dan menembak Bolo Triyanto (kanan) memegang bendera saat acara Pengukuhan dan Pelepasan Atlet NPC di Hotel Kusuma Sahid, Solo, Jawa Tengah/Antara Foto)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar