News Breaking
Live
wb_sunny

Menikmati Borobudur di Atas Awan Karangrejo

Menikmati Borobudur di Atas Awan Karangrejo


Suasana matahari terbit dari Punthuk Setumbu menampilkan kesan Candi Borobudur sedang berada di negeri atas awan.

Ufuk mentari sekira pukul 04.30 WIB terlihat berpendar kemerahan di puncak Punthuk Setumbu. Indahnya pemandangan pagi itu adalah momen yang paling ditunggu pengunjung di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Punthuk (bukit dalam bahasa Jawa) Setumbu terletak sekitar tiga kilometer arah barat Candi Borobudur.

Subuh masih gelap. Di kaki bukit, para remaja Desa Karangrejo sudah menunggu pengunjung untuk memandu hingga ke bukit. Dengan senter, pemandu menerangi jalan setapak dan mendaki sekitar 500 meter, hingga mencapai puncak bukit.

Beberapa tahun terakhir bukit tersebut semakin populer bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, khususnya kalangan fotografer. Apalagi sejak area itu jadi lokasi syuting film populer Ada Apa Dengan Cinta 2.

Bukit ini lantas dikembangkan masyarakat desa setempat sebagai objek wisata alam. Kawasan itu menawarkan panorama kabut dan awan di sela-sela pepohonan, dengan pusatnya Candi Borobudur serta gunung kembar Gunung Merapi-Merbabu nun jauh di baliknya.

Suasana matahari terbit dari Punthuk Setumbu menampilkan kesan Candi Borobudur sedang berada di negeri atas awan. Lokasi eksotik ini secara tak sengaja ditemukan warga Desa Karangrejo bernama Suparno pada 2004.

Kurang lebih satu kilometer dari situ juga ada spot pemandangan sunrise, laiknya seperti Setumbu, yakni Punthuk Barede. Perjalanan menuju Bukit Barede dapat dilakukan dengan menggunakan motor. Jika kita ingin lebih menikmati pemandangan yang ada di sekitarnya kita bisa menempuhnya dengan berjalan kaki.

Desa Karangrejo bukan saja menawarkan keindahan wisata alam. Warga desa juga bergotong-royong menyiapkan lokasi penginapan bagi para pelancong domestik maupun mancanegara.

Sejak 2017 dengan dukungan dari Kementerian BUMN, warga Karangrejo membentuk kawasan balai ekonomi desa (balkondes) sebagai pusat kegiatan ekonomi kreatif dan pariwisata. Aktivitas ini didukung juga oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemkab Magelang dan Pemprov Jawa Tengah.

Kepala Desa Karangrejo M Heli Rofikun menjelaskan bahwa homestay di balkondes yang berada di bawah pengelolaan badan usaha milik desa (BUMDes) ini telah memiliki standar khusus di beberapa hal, termasuk soal keseragaman dalam fasilitas homestay.

Fasilitas homestay di Balkondes Karangrejo memiliki gaya bangunan kayu tradisional Jawa bercampur modern dilengkapi dengan layanan sinyal Wi-Fi, AC, dan water heater. Pengelola menerapkan keseragaman interior maupun amenitas kamar serta menjaga kebersihan kamar serta toilet kamar. Setara dengan hotel berbintang.

Fasilitas lainnya adalah balai pendopo dan panggung kesenian dengan desain terbuka. Panggung kesenian dan pendopo tersebut memiliki latar belakang sawah serta perbukitan yang sering dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan, jamuan makan, hingga pernikahan.

Di sana juga ada restoran dan kafe untuk para tamu menikmati udara segar khas perdesaan berlatar pemandangan alam Perbukitan Menoreh. Pada Maret lalu, Menparekraf Sandiaga Uno sempat mampir ke Homestay Karangrejo dan memuji lokasi ini sebagai salah satu homestay terbaik dengan standar dunia. Desa Karangrejo sendiri sudah menerima sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan dari Kemenparekraf.

Sertifikasi ini diperoleh berkat penerapan wisata yang patuh pada standar protokol kesehatan saat pandemi Covid-19. Termasuk juga di dalamnya soal cleanliness, health, safety, and environment (CHSE).

Karangrejo sudah menerapkan protokol kesehatan sejak pandemi Covid-19 melanda, seperti pengunjung maupun pegawai wajib memakai masker, menyediakan hand sanitizer, tempat cuci tangan di lokasi terbuka, dan menjaga jarak di kawasan homestay juga sekitarnya.

Balkondes Karangrejo memiliki 20 unit homestay dengan tarif terjangkau untuk keluarga maupun turis asing, dua unit lagi dengan tarif lebih murah ada di dekat kantor desa. Selain itu, ada beberapa homestay yang dikelola mandiri oleh warga desa. Tarifnya cukup murah sekitar Rp150.000–Rp300.000 per malam.

Para pelancong juga bisa mencoba mengunjungi tempat-tempat industri rumahan warga desa yang menjual getuk maupun pernak-pernik kerajinan, menikmati kudapan khas desa, hingga tempat-tempat wisata lainnya.

Ada pilihan paket wisata di sekitar Karangrejo, seperti berkeliling desa (tilik desa) dengan mobil jeep, andong, sepeda onthel, atau mobil VW. Paket menyusuri sungai juga tersedia. Paket-paket wisata ini dikelola oleh BUMDes dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Karangrejo.

Balkondes sendiri memang digarap bersama oleh 20 BUMN sebagai langkah sinergi BUMN untuk negeri. Saat ini, balkondes menjadi salah satu pemicu peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan wisata Candi Borobudur dan sekitarnya. Masyarakat setempat didorong untuk membangun dan mengelola homestay, produk UMKM, serta pengembangan paket kunjungan wisata.

Awal pendirian balkondes ini, inisiatornya adalah PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC); PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (International Tourism Development Corporation/ITDC); dan Patrajasa. Setelah itu mereka mulai menggandeng BUMN lain. Adapun, Balkondes Karangrejo didukung oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN).

Semakin bertumbuhnya balkondes di sekitar kawasan wisata Borobudur, Jawa Tengah hingga Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan menguatkan tujuan pemerintah untuk membuat lokasi tersebut sebagai salah satu destinasi pariwisata superprioritas. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar